Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar kini sedang berlangsung, melalui moda tatap muka penuh, moda dalam jaringan kombinasi (daring), maupun daring murni. Beberapa moda pada modul tertentu bahkan telah melaksanakan uji kompetensi (tes akhir modul). Hasilnya masih ada yang belum mampu mencapai KCM, yang mana untuk tahun 2016 ditetapkan 65.
Sebaiknya, sebelum tulisan ini dilanjutkan, penulis merasa perlu menjelaskan kata WAJIB dalam tanda kutip pada judul tulisan ini. Kata wajib tersebut dimaksudkan oleh penulis merupakan harapan yang semestinya terpatri dalam tekad seluruh peserta yang sedang mengikuti Program Guru Pembelajar ini. Kata WAJIB tersebut bukan merupakan ketentuan atau ketetapan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Tidak perlu berfikir bahwa kata tersebut mengisyaratkan konsekuensi tertentu dari pihak Kemdikbud terhadap mereka yang belum mampu mencapai KCM.
Diketahui bersama bahwa, program ini dirancang dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas Guru sehingga mampu mencapai standar kompetensi minimal yang dipersyaratkan. Selain itu, program ini sebenarnya semacam gerakan reaktualisasi karakter pembelajar sepanjang hayat yang semestinya memang menjadi karakter utama dan pembeda profesi Guru dari profesi yang lainnya. Karena diyakini bahwa dengan memiliki karakter pembelajar, Guru akan senantiasa berupaya meningkatkan kompetensinya sendiri, tanpa menunggu desakan dan perintah dari pihak lain.
Pada tataran realita, seringkali gagasan-gagasan bernuansa idealis agak sukar menemukan "jalan yang mulus". Seringkali berbagai rintangan segera bermunculan menghadang seketika. Tulisan ini sebenarnya dimaksudkan untuk memberi dorongan dengan cara mengingatkan hal-hal yang berkenaan dengan peserta program, agar tetap menjaga antusiasmenya meskipun menemukan rintangan-rintangan yang melemahkan semangat.
Berikut berbagai hal yang perlu diingat-ingat oleh peserta, ketika semangat dirasa mulai menurun.
Pertama, hasil UKG kita mencerminkan tingkat kompetensi kita, sadari kenyataan ini. Kalaupun raport hasil UKG 2015 kita menjadi merah menyala, ya sudahlah itu sudah mejadi fakta. Tak perlu repot kita beralasan kesana kemari mencari kambing hitam atas kenyataan itu. Karena meski orang-orang membungkuk tanda setuju pada alasan yang kita kemukakan tapi tidak juga mampu mengubah keadaan. Ambil hikmahnya saja, biarkan warna merah menyala pada raport UKG itu menjadikan inspirasi bagi kita untuk menyalakan semangat untuk meningkatkan kompetensi kita. Satu-satunya cara paling sah sebagai pembenaran bahwa sebenarnya kita mampu yakni meraih hasil setinggi-tingginya melampaui KCM. BUKTIKAN ANDA BISAAAAA!!!
Hal lainnya yang mesti diingat-ingat oleh peserta yakni betapa repotnya kita ketika mengikuti program ini. Kita mesti mengalokasikan waktu khusus disaat begitu sempitnya waktu yang ada karena begitu banyaknya aktivitas lain yang juga menjadi tugas dan kewajiban kita. Bayangkan betapa semakin repotnya kita ketika harus mencari sinyal seluler yang mendukung aktivitas dalam jaringan. Mungkin juga bahkan merepotkan orang-orang terdekat kita, bisa jadi aktivitas ini dilakukan dimalam hari. Inginkah kita aktivitas ini berlalu sia-sia, karena kita tidak lulus??. Mari teriakan TIDAAAAK!!!
Penulis mendapat khabar, di daerah tertentu untuk kelas moda tatap muka penuh, untuk satu paket (dua modul), peserta harus menyumbang kontribusi kegiatan di atas satu juta rupiah. Bagi penulis, ditengah suasana defisit anggaran daerah sekarang ini, yang berdampak pada pemangkasan tunjangan, berapapun biaya kontribusi peserta tentu cukup membuat dompet semakin tipis. Biaya lain-lainnya pun masih harus dipikirkan, seperti biaya kuota, biaya transportasi, bahkan sampai biaya kontribusi penggunaan tempat uji kompetensi. Selain tentang biaya, sungguh betapa lelahnya kita, harus bolak-balik ke pusat belajar yang bisa jadi jaraknya cukup jauh. Sebenarnya, masih banyak hal lain yang menuntut semacam pengorbanan peserta selain yang diungkapkan di atas. Oleh karena itu, janganlah segala macam pengorbanan itu menjadi sia-sia dikarenakan kita tidak bisa lulus dari kegiatan program ini. Bahkan, jika kita tidak bisa mencapai KCM saat mengikuti tes akhir modul, bukan saja apa yang telah kita lakukan menjadi sia-sia, akan tetapi kita diharuskan untuk kembali mengulangi lagi aktivitas belajar pada modul yang tidak lulus tersebut, dengan biaya sendiri, juga dengan standar KCM yang lebih tinggi.
Oleh karena itu, mari kita kibarkan semangat dan bulatkan tekad dalam hati, kita WAJIB LULUS pada setiap modul yang kita ikuti. Buktikan pada diri kita sendiri, bahwa kita bisa. Semoga tulisan ini bermanfaat. Sekian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar